Senin, 07 Januari 2008

AMERIKANA

Amerika Serikat (USA), negeri adi daya yang selalu memperdaya negeri-negeri lain, yang selalu menang perang dalam film-filmnya. Sebuah negeri yang membuat takjub para pemimpin Indonesia. Sampai-sampai semua kebijakan terutama ekonomi makro berkiblat pada negeri uncle Sam ini. Negeri dimana tujuan utamanya adalah menguasai dunia dengan slogan “one united world”. Merupakan propaganda negeri iblis ini guna menguasai dunia dan mengaturnya seenak perutnya.

Cengkeraman pengaruh USA, terutama di Indonesia sudah merambah dan mengakar pada semua lini kehidupan. Anak-anak muda dengan bangganya memampang bendera USA di kamar-kamar pribadi mereka, bergaya bicara dan pakaian ala selebritis USA. Bahkan berpola hidup ala USA dengan meremehkan lembaga perkawinan yang sangat sakral. Dengan mudahnya kawin-cerai hanya karena alasan sepele, hidup bersama tanpa ikatan, dll.

Namun ternyata para the oldman kita di pucuk-pucuk pimpinan negeri ini, juga sangat terpengaruh dengan arah/ pola pikir amerikana. Hal ini tidak mengherankan sebab semasa sekolah/ kuliahnya dijejali dengan buku-buku, ajaran-ajaran dan pola pemikiran Amerikana. Buku-buku ajar/ pegangan para dosen (semisal ekonomi) semuanya berasal dari penulis-penulis USA. Dengan bangganya para dosen kita memamerkan kekayaan intelektual negeri tersebut. Seolah-olah di negeri kita sendiri tidak pernah ada para ekonom handal yang bisa menulis buku tentang ekonomi. Contoh-contoh aplikasi ekonomi semua berbau USA, sehingga ketika dihadapkan dengan kenyataan yang ada di Indonesia, semua pada kelabakan, kegagapan dan masih mencari-cari. Semua dosen tersebut telah dicuci otaknya dengan paham Amerikana.

Sementara para ekonom handal lainnya dengan bangga memberikan pengamatan dan saran pengembangan ekonomi ala Amerika, seolah-olah negeri kita ini memiliki perekonomian semapan Amerika. Bagaimana mungkin menerapkan kebijakan fiskal dan moneter suatu negara semaju Amerika ataupun Jepang pada negara “sekere” dan setertinggal Indonesia? Jangankan membandingkan dengan dua negara maju tersebut, membandingkan dengan sesama negara ASEAN saja seperti Phillipina sudah sangat riskan saat ini. Sebab pada kenyataannya perekonomian Indonesia hanya satu tingkat di atas perekonomian Myanmar. Dan sudah akan mulai tertinggal dengan Vietnam, yang saat ini memiliki cadangan devisa setara Phillipina.

So..mengapa kita tidak menerapkan perekonomian ala Indonesia, atau menyesuaikan dengan kemampuan/ kekuatan Indonesia? Mengapa harus buru-buru bermimpi indah menjadi negara industri, padahal basis Indonesia adalah pertanian (negara agraris). Berkacalah pada Uni Eropa yang mengembangkan Common Agricultural Policy (CAP) guna memproteksi dan mengembangkan pertanian di wilayah tersebut. Sebab mereka sadar sepenuhnya akan basis mereka yaitu pertanian, sehingga pembangunan dan pengembangan dasar ekonominya berasal dari pertanian untuk kemudian dikembangkanlah industri-industri berbasis pertanian. Sehingga tidak heran jika sekarang negara-negara Uni Eropa menguasai 60 – 70% industri pertanian dunia.
BAGAIMANA DENGAN INDONESIA?

Tidak ada komentar: